<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9196944298295363353\x26blogName\x3dInfoGaya+Today\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://gaya-ig.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://gaya-ig.blogspot.com/\x26vt\x3d-7910433479718789728', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Rabu, 11 Juni 2014

Aksi Relawan Pelangi Bangsa

InfoGaya Jakarta, 25 Mei 2014 - Relawan Pelangi Bangsa bersama Keluarga Besar Sekarmas Ebek Banyumasan dalam rangka mendukung Prabowo - Hatta Presiden & Wakil Presiden RI, menggelar Ebek Banyumasan, yaitu kesenian semacam Kuda Lumping berasal dari masyarakat Banyumas yang berada di Jakarta.

Seni dan Budaya khas Banyumasan tumbuh dan berkembang seusia dengan peradaban Jawa Kuna. Budaya Banyumasan juga diperkaya dengan masuknya gaya budaya Mataram (Yogya-Solo) dan Sunda (Pasundan/Priangan) dan kini mulai disisipi pernik-pernik kontemporer.

Dari budaya Banyumasan inilah lahir bentuk-bentuk kesenian tradisional yang juga berkarakter Banyumasan seperti ebeg, lengger-calung, angguk, wayang kulit gagrak Banyumasan, gendhing Banyumasan, begalan dan lain-lain.

Sedangkan di wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Jawa Barat lebih memiliki gaya budaya Pasundan seperti kesenian sisingaan, gendang rampak,rengkong, calung dan lain-lain.

Ditemui di sela-sela pertunjukan, Irwan Medianto (Boby) Minggu 25/5 mengatakan, ''Ebek adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumasan. Varian lain dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama kuda lumping atau jaran kepang, ada juga yang menamakannya jathilan (Yogyakarta) juga reog (Jawa Timur) namun di wilayah Kecamatan Tambak (Wilayah Kabupaten Banyumas bagian selatan) lebih dikenal dengan nama ''Ebeg''.

''Dimana tarian ini menggunakan "ebek'' yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya,'' tuturnya.

Asal usul filosofi kuda lumping dimulai dengan hewan kuda berkaki 4 bisa yang bisa dinaiki dalam jangka waktu lama, digunakan untuk lomba dan hiburan. 4 kaki menggambarkan empat unsur bumi yaitu api, air, angin dan bumi dan 4 unsur ini mampu menahan nafsu yang tidak bagus. Kuda lumping terbuat dari bambu; bambu memberikan makna yang selalu hidup bersamaan (pohon bambu tidak pernah tumbuh sendiri), bambu selalu berdiri tegak lurus manggambarkan sifat jujur tegas.

Dalam pertunjukan kuda lumping bambu yang tumbuh miring tidak dapat dipakai dan (karena menggambarkan orang yang suka menyeleweng). Bambu memiliki ruas atau ros dalam bahasa Jawa yang artinya'perasaan'. Dalam ros ada mata yang merupakan mata batin, dan dari mata muncul keinginan. Dalam bambu ada bubuk kawul, yang artinya mengabdi untuk masyarakat dalam kuda lumping selalu ada musik dari bambu dan besi gamelan. 

Lagu'Eling-eling'dimainkan agar senantiasa ingat pada Yang Maha Kuasa. Rambut kuda lumping terbuat dari ijuk yang artinya "sepi ing pamrih rame ing gawe" artinya walaupun sepi tetap ada pamrih. Asal rambut kuda lumping harus berasal dari pohon aren yang maknanya kalau benar-benar eling pada Yang Maha Kuasa akan kembali juga ke Yang Maha Kuasa (tidak ada bagian dari pohon aren yang terbuang, semua dapat digunakan).

Sesaji yang digunakan dalam pertunjukan kuda lumping adalah kelapa muda, maknanya kelapa adalah manusia, sabut adalah daging manusia, batok kelapa adalah tulang, buah yang putih adalah sum-sum, dan air kelapa menggambarkan darah. Kelapa bermata 3 artinya: 2 mata lahir dan 1 mata batin. Janur warnanya kuning untuk penangkal, warna kuning menggambarkan nur atau cahaya. Dari janur ada lidi di tengah, 1 lidi dari janur lebih lembek menggambarkan orang yang fleksibel.

Ketika ditanya apa tujuan dari diadakan acara Ebek ini Boby mengatakan, ''Kami dari seluruh warga Banyumasan yang sangat mencintai kebudayaan seperti Ebek berharap bisa bertahan terus mesti terlindas jaman,dan berharap presiden pilihan masyarakat orang yang tegas seperti Pak Prabowo,apalagi beliau juga berasal dari Banyumas''.

Kami dari seluruh masyarakat yang tergabung dalam Paguyuban Banyumasan Sekarmas berdiri sejak 1992 beranggotakan 50 orang, berpusat di Tebet, Jakarta dan mengkhususkan diri untuk pelestarian seni kuda lumping. Penanggung jawab paguyuban ini adalah Bapak Sumanto asal Banyumas dan narasumber Bapak Sailan Purbowiyono.Mendukung pencalonan Prabowo dan Hatta sebagai presiden RI mendatang.

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda